BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan di Lapangan
Penelitian ini mengambil kasus pengaruh siring terhadap populasi ikan tengadak (Barbonymus Schwanenfeldii ) di Sungai Kayan Tanjung Selor Kabupaten Bulungan. Berdasarkan wawancara dengan narasumber didapatkan jawaban - jawaban yang menjawab bebagai masalah yang muncul. Ikan Tengadak merupakan spesies ikan omnivora yang biasa hidup di pinggiran sungai. Salah satu makanan utama dari ikan Tengadak adalah lumut air(Fontinalis antipyretica), lumut ini banyak terdapat di pinggiran sungai kayan. Sebelum dibuatnya siring pada pinggiran sungai Kayan, lebih banyak terdapat lumut yang hidup di pinggiran sungai ini, karena banyak terdapat bebatuan yang merupakan salah satu habitat bagi lumut air untuk berkembang biak. Namun setelah pembuatan siring ( pada waktu siring jadi ), lumut air yang merupakan salah satu makanan utama dari ikan tengadak tersebut menjadi berkurang. Ini dikarenakan, pada saat pembuatan penguat tebing sungai atau siring ini, lumut yang ada di pinggiran sungai tersebut menjadi hancur karena siring tersebut ditancapkan pada daerah yang memang terdapat banyak lumut air yang hidup di tanah pinggiran sungai Kayan, itu merupakan salah satu faktor penyebab berkurangnya populasi ikan tengadak di Sungai kayan. Selain itu, pada saat penancapan siring terjadi getaran yang menyebabkan banyak ikan – ikan di sekitarnya lari khususnya ikan tengadak, karena ikan tersebut merupakan ikan yang terdapat pada pinggiran sungai Kayan. Beton dari siring memiliki kandungan kimia tersendiri yang dapat mencemarkan air di sungai Kayan, sehingga dengan tercemarnya air sungai Kayan, banyak ikan Tengadak yang meninggalkan habitatnya, di sebabkan berkurangnya lumut air yang merupakan salah satu sumber makanan ikan Tengadak, sehingga menyebabkan berkurangnya populasi ikan tengadak di sungai Kayan dalam jangka pendek.
Pemancing yang sering memancing di pinggiran Sungai Kayan cukup banyak jumlahnya. . Para pemancing tersebut sudah sering memancing di pinggiran sungai Kayan, sebelum pembangunan penguat tebing sungai atau siring tersebut para pemancing itu telah sering memancing di pinggiran sungai Kayan. Rata – rata pemancing tersebut sering mendapatkan ikan Tengadak/salap. Menurut sebagian pemancing yang sering memancing di pinggiran sungai Kayan, dengan adanya siring ini berpengaruh terhadap populasi ikan tengadak, dikarenakan salah satu makanan utama dari ikan tersebut berkurang, sehingga pada saat adanya siring ini, dalam sehari mereka hanya mendapatkan rata - rata 2 ikan tengadak, sedangkan sebelum pembuatan siring / penguat tebing sungai ini, para pemancing rata – rata dalam sehari mendapatkan 6 ekor. Sebagian pemancing mengatakan, dengan adanya siring tidak berpengaruh sama sekali terhadap populasi ikan tengadak. Memang mereka menyadari bahwa lebih banyak ikan yang didapatkan pada saat sebelum pembuatan siring daripada sesudah pembuatan siring. Itu disebabkan karena, kandungan kimiawi dari beton bangunan siring itu sendiri telah mencemari sungai Kayan, itu menyebakan kondisi kimiawi sungai Kayan berubah sehingga populasi ikan tengadak menurun.
Pembangunan siring di Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan dimulai dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 dari Kampung Arab hingga akhir dari jalan Katamso ( 1500 m ), Tanjung Selor Kabupaten Bulungan, dan berlanjut dari tahun 2004 – sekarang ( 2750 m ). Panjang siring dari Kampung Arab hingga Sabanar Tanjung Selor Kabupaten Bulungan adalah 4250 m atau ± 5 km. Ukuran panjang batang beton yang digunakan untuk membuat siring adalah 12-14 m.
Menurut Ir.Aswandi, MT yang merupakan Kepala Bidang Pengairan, menurunnya populasi ikan tengadak tidak sepenuhnya disebabkan oleh pembangunan tebing sungai ( siring ), tetapi menurut beliau menurunnya ikan tengadak disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah tercemarnya air sungai Kayan itu sendiri,tercemarnya sungai Kayan itu disebabkan oleh penggunaan racun atau bahan kimiawi berbahaya (pembasmi hama, pestisida) di perkebunan masyarakat sekitar, dimana racun tersebut mengalir didalam tanah perkebunan yang kemudian mengarah ke sungai Kayan, sehingga sungai Kayan terkontaminasi oleh racun yang digunakan oleh masyarakat yang sering berkebun. Tercemarnya sungai Kayan sebenarnya sudah berlangsung lama sejak warga membuang sampah ke sungai, masyarakat beranggapan bahwa sungai merupakan tempat membuang sampah yang paling praktis, sampah-sampah tersebut juga menyebabkan sungai tercemar. Pembangunan tebing sungai ( siring ) memberikan dampak kepada populasi ikan tengadak di Tanjung Selor Kabupaten Bulungan, salah satunya adalah merusak habitat bagi sumber makanan ikan tengadak dan ikan tengadak itu sendiri.
Diagram 1 Rata – rata pendapatan ikan Tengadak pra dan pasca
pembangunan siring.
Dari diagram di atas menunjukkan bahwa populasi ikan tengadak lebih banyak ditemui sebelum pembangunan siring dibandingkan dengan setelah pembangunan siring. Para pemancing dalam sehari sebelum dibuatnya siring mendapatkan ikan rata - rata 6 ikan tengadak, sedangkan setelah pembuatan siring para pemancing mendapatkan ikan tengadak paling banyak 2, paling sedikit tidak dapat. Data dari responden terlampir.
4.2 Faktor Yang Mendukung Berkurangnya Keberadaan Ikan Tengadak
Faktor – faktor yang mendukung berkurangnya keberadaan ikan tengadak, yaitu :
1. Saat ditinjaunya pasar Induk di Tanjung Selor Kabupaten Bulungan, tidak satu pun dari pedagang ikan yang menjual ikan tengadak, kebanyakan ikan yang dijual adalah ikan patin dan mujair.
2. Terdapatnya ikan Mujair yang merupakan spesies baru di sungai Kayan yang berasal dari kolam warga. Masuknya ikan Mujair ini dikarenakan banjir besar yang pernah terjadi di Tanjung Selor Kabupaten Bulungan pada tahun 1999, sehingga terjadi kompetisi dalam mendapatkan makanan, karena ikan mujair memakan lumut air.
4.3 Kandungan Kimia Penguat Tebing Sungai ( Siring )
Setelah dilakukan penelitian dengan metode wawancara dan wawancara serta dilakukannya pengkajian teori, didapat hasil bahwa siring merupakan salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya populasi ikan tengadak. Ini disebabkan oleh kandungan kimia dari beton siring ini dalam jangka pendek mencemari air sungai kayan. Beton siring disusun oleh berbagai elemen pembentuk struktur yang terdiri dari semen, agregat halus ( pasir ), agregat kasar ( bebatuan ) dan air. Semen sendiri tersusun dari berbagai komponen kimia, yaitu trikalsium silikat, dikalsium silikat, trikalsium aluminat, Tetrakalsium aluminofe, dan gypsum. Dalam semen sendiri mengandung karbon dioksida, 1 ton semen mengandung sekitar 1 ton karbon dioksida, sehingga pada saat pembangunan siring, kandungan karbon dioksida di Sungai Kayan meningkat dalam jangka pendek, dalam artian dengan banyaknya karbon dioksida yang menyebar di sungai Kayan pada saat pembangunan siring tersebut, oksigen – oksigen dalam air sungai Kayan itu sendiri menjadi berkurang, karena kandungan karbon dioksida lebih banyak dibandingkan dengan kandungan oksigen, ini membuat populasi ikan tengadak menjadi menurun, karena ikan tengadak mencari tempat yang terdapat lebih banyak oksigen daripada tempat yang telah terkontaminasi kandungan beton siring tersebut, ataupun bisa menyebabkan ikan tengadak tersebut mati.
4.4 Dampak terhadap kualitas air permukaan
Kegiatan pada tahap pasca kontruksi proyek yang berdampak negatif kecil dan penting terhadap kualitas air permukaan adalah kegiatan pemeliharaan badan sungai.
Masalah sedimentasi merupakan hal yang cukup signifikan selama pengelolaan DAS (watershed management) Sungai Kayan tidak di tangani secara terpadu. Berkaitan dengan kualitas lingkungan DAS Sungai Kayan Sudah mengalami penurunan akibat erosi lahan dan erosi tebing akan semakin besar. Berkaitan dengan itu, untuk pengendalian sedimentasi dalam pemeliharaan badan sungai dan bangunan pengendali erosi/longsor dan banjir akan dilakukan pengerukan sedimen. Pada saat pengerukan bahan endapan yang berupa lumpur organic maupun anorganik akan tersuspensi dan diperkirakan akan menyebabkan peningkatan kekeruhan air sungai di lokasi pengerukan dan bagian hilirnya yang akan berdampak lebih lanjut terhadap biota perairan. Selain itu, kegiatan pengerukan Sungai kayan juga akan berdampak terhadap kelancaran transportasi sungai, persepsi negative masyarakat dan gangguan kamtibmas. ( sumber Studi Analisis Dampak Lingkungan/ANDAL, Dinas Perkerjaan Umum dan Kimpraswil )
Upaya pengelolaan lingkungan
1) Tidak meninggalkan limbah sedimentasi hasil pengerukan terlalu lama di bantaran sungai dan segera diangkut ke lokasi penampungan (borrow pit).
2) Proses pengerukan sedimen sungai dilakukan secepat mungkin untuk mengurangi tingkat turbolensi di badan air.
3) Menggunakan kapal keruk yang mempunyai penyedot sedimen yang di lengkapi dengan bak menampung sedimen hasil pengerukan, dan apabila bak ini sudah penuh, maka kapal keruk dapat bergerak ke tempat pembuangan.
4) Penanaman berbagai jenis tanaman, baik yang mempunyai fungsi pelindung, peneduh, tanaman buah – buahan maupun tanaman yang memberikan rasa indah ( estetika ) di sekeliling tapak proyek.
5) Pemberian pupuk N, P, K dan melakukan penyiraman secara teratur pada tahap awal penanaman sehingga tanaman tidak mati.
6) Memelihara dan mengganti tanaman yang mati.
7) Melakukan pemantauan secara rutin mengenai kondisi tanaman yang telah ditanam.
4.5 Upaya Penanggulangan
Dari masalah yang ada di atas, peneliti memberikan suatu bentuk ide upaya penanggulan, yaitu Bronjong, bronjong merupakan suatu bangunan pinggiran sungai yang kegunaannya sama dengan siring, yaitu sebagai pencegah erosi. Bronjong dibuat dengan menggunakan alat khusus, bentuknya merupakan timbunan bebatuan alami, yang disusun di pinggiran dasar sungai. Keuntungan dari bronjong ini sendiri yaitu, bronjong merupakan penimbunan bebatuan alam ke pinggiran dasar sungai, karena merupakan bebatuan alam maka lumut – lumut air (Fontinalis antipyretica) dapat tumbuh di bebatuan itu, sehingga sumber makanan ikan tengadak tidak berkurang, itu menyebabkan populasi dari ikan tengadak itu sendiri tidak berkurang. Kelemahannya adalah Bronjong ini tidak kuat untuk menahan arus kuat yang datang, selain itu jika dilakukannya pelebaran jalan, bronjong tidak mampu menahan beban besar seperti taman, mobil – mobil. Bronjong tidak mampu menahan beban yang berat.
0 Response to "Contoh Karya Tulis Ilmiah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN "
Post a Comment