Untukmu yang kukenal di putih biru
Berlari tanpa alaskaki, menendang gumpalan plastik yang takberarti, kelelahan yang kudapati setiap sore hari hingga aku harus menghindari rumah sendiri tak terasa akan mulai berkurang sendiri tanpa kusadari. Pakaiang yang warnanya seperti bendera terbalik dan selalu kucampakkan dimana-mana sebelum aku mulai berlari dengan benang didalam genggaman tangan ku bersama teman-teman akhirnya akan kucampakkan untuk selama-lamanya. Tas ku yang bergambarkan manusia sayya dengan rambut yang berwarna keemasan-pun sebentar lagi berakhir tergantung dibelakang pintu rumah pemisah ruang tamu dengan ruangan tempat kami sama-sama mengisi perut yang lapar itu.
Ibu yang selalu menunjukkan saynganya padaku dengan sedikit belaian tongkat yang tergantung dan hanya dipakai untuk menasehatiku ditambah sedikit nada suaranya dinaikkan dari biasanya, ayah yang sedikit membungkuk karena menanggung beratnya beban yang dipikul akibat buah hatinya sendiri tetap terdiam melihat semua yang ibu lakukan itu tanpa menambahakn perlakuan yang tak kuharapkan, dengan tidak menambah kekesalanku ia pun menghampiri dengan perlahan berkata “ janga lakukan hal itu lagi yaah tidak bagus nanti dimarah”. Adik yang hanya selang setahun denganku dan terkadang ikut bermain kolam orang sambil menangkap ikan bersama teman-teman seHawanya. Serta abang-ku yang juga hanya selang setahun dengan yang selalu memanggil kami didesa untuk beranjak ketempat yang bertanda bulan sabit dan bintang diatapnya.
Saat itu tepat dua hari sebelum perdana masuk ke gudang ilmu baru aku sedang sibuk dirumah dengan sekumpulan karton dan sedikti peralatan untuk membuat atribut yang katanya tanda memasuki sekolah baru, rasa kesal dan sedikit penasaran untuk segera masuk lingkungan baru membuatku selalu semangat mengerjakan atribut yang sangat tidak penting itu, yaah meski baru sekarang terasa lucu dan anehnya
Baru pertama menginjakkan kaki disekolah itu dengan warna baju putih biru dengan celana pendek sedikit dibawah lutut aku masuk dan langsung melihat sekumpulan penyihir dengan topi kerucut sedang berbaris rapi dilapangan dengan kantong keresk sebagai tas dan rapia untuk menjaga celana ini tidak terjatuh, waaah terlihat tegang mereka berdiri tegak denagn kepercayaan bahwa mereka masing-masing adalah yang terbaik.
Hari-hari seperti ini kulalui juga sampai tiba saat dimana kami pensiun sebagai penyihir yg tidak jelas, pertama masuk kelas bertemu dengan gadis-gadis cantik yang belum kutemui sebelumnya yang sama sekali tidak berpengaruh dalam hidupku, pikirku kala itu. Kebiasaan sebagai pelajarpun terpaksa ku jalani dengan penuh semangat mengingat kelaurgaku yang hanya mampu bekerja diladang dengan arang arang yang selalu membuat pakaiannya kotor. Tidak kusangka aku menjadi bintang disekolah itu karena nasibku yang baik dan pilihannya disetiap lembar jawban sering tepat dengan yang diharpakn.
Oh tidak kupercaya diam-diam ada gadis yang dekat dengan ku entah semua berawal dari mana tapi kala itu aku cukup dibuat pusing dan gila memikirkannya, tidak kusadari itulah cinta monyert yang sering dikatakan oleh orang-oang dewasa yang sedikit sombong membawa tas ransel di salah-satu bahunya. Koje namanya dengan kosa kata yang sengaja ku balik biar tidak nampak itu namanya. Hari-hari kulalui dengan penuh harapan kami akhirnya akan disatukan tuhan bahkan sesekali aku mendapat kesempatan untuk sedikit memegang tanganngannya dan sedikit perlakuan yang juga mungkin biasa dilakukan anak seragam putih biru. Beberapa hari yang kulalui terkadang membuat aku bingung meskipun itu bukan kesalahan hari-hari itu, melainkan dengan tingkah temannya yang aneh memperlakukanku.
Tanpa kami sadari akhirnya aku dengannya perpisah yaah meski mungkin sebelumnya kami belum bersatu, yah wajar saja kami meminta pada tuhan kami yang berbeda. Tapi tidak apa semua baik-baik saja dengan kerasnya kepala kami masing-masing dalam mempertahankan hubungan baik kami dengan teman-teman lainnya biar suasana kelas tetap berlalu indaah harapannya. Sudah sampai di penghujung masa putih biru kami, aku mulai merasa ada perbedaan pikir, aku saat itu ingin sekali masuk sekolah kejuruan ternyata akhirnya aku masuk di sekolah menengah biasa.
Saat masa putih abu-abu yang katanya masa paling indah tapi tidak begitu denganku. Akn kulalui begitu saja masa putih abu-abu itu karena tak banyak tentangnya yang mampu aku kisahkan akibat sekolah kami yang berbeda. Lulusnya aku dari sekolah putih abu-abu itu akhirny aku diterima disekolah yang ku idamkan. Yaah suadah jelas aku masih tidak bersama dengan teman-teman lama ku itu, namun karena pikiranku yang mulai makin dewasa aku mulai sering menghubungi teman-teman ku dengan harapan hubungan kami tetap baik dan berjalan lancar kalau memang hubungan kami memiliki kaki.
Yah dia yang dulunya sedikit aneh dalam memperlakukan dan menghadapi tapi ternya malah dia yang terus kuhubungi dan menghubungiku, dia gadis yang dulunya hobi menari sekarang sudah berbeda dengan jilbabnya yang rapi menutupi tubuhnya yang memang tak seharusnya dilihatkan, kata-kata yang agak manja berbicara denganku, dan sedikit rayuan gombal tentunya aku yang melakukannya dengan penerimaan pasrah digoda olehku selalu kami jalani begitu saja.
Terdengan oleh ku katanya dia akan segera menikah bulan desember nanti membuatku sedikti terganggu dengan pernyataannya itu. Mengapa harus secepat itu kamu menikahh? Tidak tunggu aku kah? Gombalku saat masih telponan dengannnya. Hingga dia telah selesai dengan semua tugasnya hanya menunggu wisudanya akhirnya dia kembali ke kampung halamannya. Sebelumnnya aku memang sering menjanjokan untuk mengirim foto-foto saat kami masih prajurit outih biru, tapi dengan sengaja aku menunda itu semua untuk memberikannya disaat dan momen yang tepat, seringkali ia memintaku untuk segera mengirimnya tapi tak kukirim kecuali satu foto yang sengaja kukirim sebagai bukti aku punya foto-fotonya.
Tak jarang juga aku menelponnya dan ku akhiri dengan kata-kata ini yang terakhir yaah eku menelponmu karena sebentar lagi kau akan sah menjadi meilik orang, tak terlewatkan ia juga memblok nomerku, hapus pertemanan di medsos bahkan menyibukkan diri saat ku hubunginya, semuanya mungkin ia lakukan hanya untuk melupakanku. Yaah terkadang dia ragu denga pertanyaanku yang melibatkan perasaannya. Sekitar dua minggu sebelum waktunya itu aku menelpon mu lagi denga harapan yang sama kamu meminta foto-fotomu yang masih lugu culun dan aneh itu, tapi aku tetap pada sikap ku yang sebenarnya akan menjadikannya hadiah di hari pernikahanmu. Aku tidak sadra kalau itu adalah waktu terakhir aky=u menolak permintaan mu, akhir aku menjanjikan untuk memberikannya untukmu, terakhir aku mendengar suara manjamu, terakhir aku membuat mu kesal dan masih banya akhir-akhir yang tak sanggup kutulis hingga akhir tulisan ini.
Tepat tiba saatnya ketika tuhan mulai memberi petanda untuk memanggilmu aku mulai berfikir untuk segera memberikan pintamu namun tertahan oleh inginku yang tak kunjung datang. Tiba waktunya kau dipanggil Sang Pencipta, aku tak mampu berkata apapun kecuali menyadari kuasa tuhan terhadap diri kita ciptaannya, setelah itu baru ku mendapat keyakinan ternyata kamu memang lebih memilihku dengan hidupku. Maaf dengan segala tingkah dan sikapku yang pernah ego terhadapmu, maafkan fikirku yang jahat terhadapmu, ketahuilah aku selalu melihat yang indah padamu, mendengakan yang jujur dari lisanmu, merasakan keiklasan dari perlakuanmu, merasakan keteduahn dari tatapanmu dan segalanya yang kau relakan untuk kau berikan kepadaku. Reni Aldila yang awalnya tidak keharapkan kusebutkan namamu setelah ketiadaanmu, akan kuuahakan kuaantar pintamu ke pusaranmu itu saat tiba waktunya.
Selamat jalan teman wanita yang tak kutahu sampai kemana tahap pertemanan kita, tapi harapan ku kau bahagia disana dan kita betemu di tempat yang jauh lebih indah dari yang pernah manusia temukan didunia. Kuharapkan janji tuahn akan keindahan alam yang kekal disana, smoga pertemuan di kehidupan yang kekal kita bisa bertemu lagi. Doa dari kami semua, dan maaf belum sempat reunian bersamamu seperti yang selalu kita inginkan. Semoga selalu bahagia dimanapun kamu berada.
0 Response to "Untukmu yang kukenal di putih biru"
Post a Comment