Puisi untuk mama tercinta


Hai sahabat blogger, pada kesempatan ini saya akan berbagi sedikit puisi tentang ibu dari beberapa penyair, Sebelumnya aku mau ucapin selamat hari mama (ibu) buat semua wanita yang udah pada punya anak, khusus buat mama ku tercinta semoga sehat selalu amin. okey langsung saja yah baca puisi berikut ini, jangan lupa renungi juga.

Puisi Untuk Ibu Karya : Chairil Anwar


Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai

Ibu…..

Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah

Ibu…..

Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
Dan Bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan

Namun…..

Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu….

Ibu….

Aku sayang padamu…..
Tuhanku….
Aku bermohon padaMu
Sejahterakanlah dia
Selamanya…..



IBU

Oleh Kahlil Gibran

Ibu adalah segalanya, dialah penghibur di dalam kesedihan.
Pemberi harapan di dalam penderitaan, dan pemberi kekuatan di dalam kelemahan.

Dialah sumber cinta, belas kasihan, simpati dan pengampunan.
Manusia yang kehilangan ibunya bererti kehilangan jiwa sejati yang memberi berkat dan menjaganya tanpa henti.

Segala sesuatu di alam ini melukiskan tentang susuk ibu.
Matahari adalah ibu dari planet bumi yang memberikan makanannya dengan pancaran panasnya.

Matahari tak pernah meninggalkan alam semesta pada malam hari sampai matahari meminta bumi untuk tidur sejenak di dalam nyanyian lautan dan siulan burung-burung dan anak-anak sungai.

Dan Bumi ini adalah ibu dari pepohonan dan bunga-bunga menjadi ibu yang baik bagi buah-buahan dan biji-bijian.
Ibu sebagai pembentuk dasar dari seluruh kewujudan dan adalah roh kekal, penuh dengan keindahan dan cinta.


Puisi Amir Hamzah IBUKU DAHULU

Ibuku dahulu marah padaku
Diam ia tiada berkata
Aku pun lalu merajuk pilu
Tiada perduli apa yang terjadi.

Matanya terus mengawas daku
Walaupun bibirnya tiada bergerak
Mukanya masam menahan sedan
Hatinya pedih karena lakuku

Terus aku berkesal hati
Menurutkan setan mengacau-balau
Jurang celaka terpandang di muka
Kusongsong juga biar cedera

Bangkit ibu dipegangnya aku
Dirangkumnya segera dikecupnya serta
Dahiku berapi pancaran neraka
Sejuk sentosa turun ke kalbu

Demikian engkau :
Ibu, bapa kekasih pula
Berpadu satu dalam dirimu
Mengawas daku dalam dunia.


Sebagai puisi penutup saya tuliskan sebuah puisi yang saya dapatkan waktu kelas IX SMP, saat itu lagi acara perkemahan besar di SMP, sebagi perwakilan saya disuruh membawakan puisi tersebut, mohon maaf tidak menyertakan pencipyanya karena sampai sekarang belum tahu siapa penciptanya.

Puisi Ibu dan Aku

Sembilan bulan aku berada dalam rahimnya, sakit dan lelah tak dirasakannya.
Hanya kebahagiaan yang memancar dari raut wajahnya hingga lahirlah aku kedunia ini.

Saat aku berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikanku.
Sebagai balasannya, aku menangis sepanjang malam.

Saat aku berumur 2 tahun, dia mengajariku bagaimana cara berjalan.
Sebagai balasannya, aku kabur saat dia memanggilku.

Saat aku berumur 3 tahun, dia memasakkan semua makananku dengan kasih sayang.
Sebagai balasannya, aku buang piring berisi makanan ke lantai.

Saat aku berumur 4 tahun, dia memberiku pensil berwarna.
Sebagai balasannya, aku corat-coret dinding rumah dan meja makan.

Saat aku berumur 5 tahun, dia membelikanku pakaian-pakaian yang mahal dan indah.
Sebagai balasannya, aku memakainya untuk bermain di kubangan lumpur dekat rumah.

Saat aku berumur 6 tahun, dia mengantarku pergi sekolah.
Sebagai balasannya, aku berteriak "nggak mau!!"

Saat aku berumur 7 tahun, dia membelikanku bola.
Sebagai balasannya, aku lemparkan bola ke jendela tetangga.

Saat aku berumur 8 tahun, dia memberiku es krim.
Sebagai balasannya, aku tumpahkan hingga mengotori seluruh bajuku.

Saat aku berumur 9 tahun, dia membayar mahal untuk kursus pianoku.
Sebagai balasannya, aku sering bolos dan sama sekali tidak pernah berlatih.

Saat aku berumur 10 tahun, dia mengantarku kemana saja, dari kolam renang hingga pesta ulang tahun.
Sebagai balasannya, aku melompat keluar mobil tanpa memberi salam.

Saat aku berumur 11 tahun, dia mengantar aku dan teman-temanku ke bioskop.
Sebagai balasannya, aku minta dia duduk di baris lain.

Saat aku berumur 12 tahun, dia melarangku untuk melihat acara TV & Video khusus orang dewasa.
Sebagai balasannya, aku tunggu sampai dia pergi keluar rumah.

Saat aku berumur 13 tahun,dia menyarankanmu untuk memotong rambut, karena sudah waktunya.
Sebagai balasannya, aku katakan dia tidak tahu mode.

Saat aku berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kempingku selama sebulan liburan.
Sebagai balasannya, aku tak pernah meneleponnya,mengabarkan keberadaanku.

Saat aku berumur 15 tahun, pulang kerja dia ingin memelukku.
Sebagai balasannya, aku kunci pintu kamarku.

Saat aku berumur 16 tahun, dia ajari aku mengemudi mobilnya.
Sebagai balasannya, aku pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya.

Saat aku berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting.
Sebagai balasannya, aku pakai telepon nonstop semalaman.

Saat aku berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika aku lulus SMA.
Sebagai balasannya, aku berpesta dengan teman-temanku hingga pagi.

Saat aku berumur 19 tahun, dia membayar kuliahku dan mengantarku ke kampus pada hari pertama.
Sebagai balasannya, aku minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar aku tidak malu di depan teman-temanku, ditertawakan sebagai "anak mami".

Saat aku berumur 20 tahun, dia memberiku sebuah mobil guna aktivitasku,
dan suatu hari bertanya "Dari mana saja seharian ini?"
Sebagai balasannya, aku jawab, "Ah, Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!"

Saat aku berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirku di masa depan.
Sebagai balasannya, aku membentak "Aku tidak ingin seperti Ibu"

Saat aku berumur 22 tahun, dia memelukku dengan haru saat aku lulus perguruan tinggi.
Sebagai balasannya, aku tagih janjinya untuk kapan bisa ke Luar Negeri.

Saat aku berumur 23 tahun, dia membelikanku 1 set furniture lengkap untuk rumah baruku.
Sebagai balasannya, aku ceritakan pada temanku betapa kunonya furniture itu

Saat aku berumur 24 tahun, dia bertemu dengan kekasihku dan bertanya tentang keluarga dan rencananya di masa depan.
Sebagai balasannya, aku mengeluh, "Aduuh, bagaimana ibu ini, kok bertanya seperti itu?."

Saat aku berumur 25 tahun, dia membiayai pernikahanku.
Sebagai balasannya, aku pindah ke kota lain menjauh darinya bertahun-tahun.

Saat aku berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasihat bagaimana merawat bayiku kepada aku dan istriku.
Sebagai balasannya, aku katakan padanya, "Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!"

Saat aku berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat.
Sebagai balasannya, "Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu."

Beberapa bulan ini, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanku.
Sebagai balasannya, aku baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menum

pang tinggal di rumah anak-anaknya, dan kucari pula informasi tentang rumah jompo.

Dan hingga larut malam aku tertidur dengan menggenggam buku dan brosur rumah jompo, tiba-tiba kudapati dia meninggal dengan tenang. Dan aku menjadi teringat semua yang belum pernah aku lakukan untuknya, mereka datang menghantam hatiku bagaikan palu godam, kemudian aku berteriak lantang, "tidaaak..." dan terdengar istriku bertanya "Ayah mimpi apa???".

Aku hanya menjawab "Tidak ada apa-apa, besok pulang kantor, Ayah akan mengunjungi Ibu..."
Salam sayang Buat mamatercinta.

Related Posts:

0 Response to "Puisi untuk mama tercinta"

Post a Comment